Kamu pernah membaca cerita rakyat? Cerita rakyat seperti apa yang pernah kamu baca? Salah satu jenis cerita rakyat adalah hikayat. Seperti cerita rakyat lainnya, hikayat memiliki banyak nilai-nilai kehidupan.
Nah, pada materi Bahasa Indonesia kelas 10 bab 4 ini kita akan membahas lebih lanjut mengenai cerita rakyat khususnya hikayat guys. Gimana sih cara melestarikan nilai kearifan lokal melalui cerita rakyat? Yuk, simak ulasan di bawah ini ya.
Bab 4:
Melestarikan Nilai Kearifan Lokal Melalui Cerita Rakyat
A. Mengidentifikasi Nilai-nilai dan Isi Hikayat
Cerita rakyat sudah tidak asing di telinga kamu. Kamu sering mendengar cerita rakyat, mungkin diceritakan oleh ayah atau ibu kamu saat kamu kecil. Sudahkah kamu mengenal cerita rakyat yang berupa hikayat?
Cerita rakyat memiliki banyak ragam, salah satunya adalah hikayat. Hikayat merupakan cerita Melayu klasik yang menonjolkan unsur penceritaan berciri kemustahilan dan kesaktian tokoh-tokohnya.
Kegiatan mendengarkan hikayat memiliki banyak manfaat. Kamu akan mengetahui tentang budaya, moral, dan nilai-nilai kehidupan lain. Dari cerita hikayat, kita dapat memetik nilai-nilai kehidupan sebagai cermin bagi kehidupan kita.
Mengidentifikasi Isi Pokok Cerita Hikayat dengan Bahasa Sendiri
Hikayat termasuk ke dalam teks narasi. Kamu akan dapat mendengarkan pembacaan hikayat berikut ini. Gurumu atau salah satu temanmu akan membacakan cerita tersebut di kelasmu. Untuk dapat mendengarkan dengan baik, lakukanlah hal-hal berikut.
1. Berkonsentrasilah pada cerita yang akan didengarkan agar dapat mencatat tema atau inti ceritanya.
2. Supaya membantu kamu dalam memahami alur, tuliskanlah bagianbagian penting yang terdapat dalam hikayat tersebut.
3. Sebelum mendengarkan Hikayat Indera Bangsawan, kamu dapat menyampaikan pertanyaan umum. Misalnya:
a. Siapakah Indera Bangsawan itu?
b. Peristiwa apa yang diceritakan atas diri Indera Bangsawan?
c. Di manakah kisah dalam hikayat itu terjadi?
4. Bersiap-siaplah untuk berlatih mengidentifikasi isi pokok cerita hikayat dengan bahasamu sendiri.
Mengidentifikasi Karakteristik Hikayat
Hikayat merupakan sebuah teks narasi yang berbeda dengan narasi lain. Adapun lain karakteristik hikayat antara lain:
(a) Terdapat kemustahilan dalam cerita,
(b) kesaktian tokoh-tokohnya,
(c) anonim,
(d) istana sentris, dan
(e) menggunakan alur berbingkai/cerita berbingkai.
Mengidentifikasi Nilai-nilai dalam Hikayat
Hikayat banyak memiliki nilai kehidupan. Nilai-nilai kehidupan tersebut dapat berupa nilai religius (agama), moral, budaya, sosial, edukasi (pendidikan), dan estetika (keindahan).
Menjelaskan Kesesuaian Nilai-nilai dalam Hikayat dengan Kehidupan Saat ini
Pada bagian terdahulu, kamu sudah mempelajari teks eksposisi yaitu teks yang digunakan untuk menyampaikan suatu pendapat disertai dengan argumen yang mendukung.
Dalam bagian ini, kamu akan belajar menjelaskan kesesuaian nilai-nilai dalam hikayat dengan kehidupan saat ini dengan menggunakan teks eksposisi. Kamu dapat menggunakan nilai-nilai yang telah kamu identifikasi dalam kegiatan pembelajaran sebelumnya.
B. Membandingkan Nilai dan Kebahasaan Hikayat dengan Cerpen
Mengidentifikasi Karakteristik Bahasa Hikayat
Hikayat disajikan dengan menggunakan bahasa Melayu klasik. Ciri bahasa yang dominan dalam hikayat adalah banyak penggunaan konjungi pada setiap awal kalimat dan penggunaan kata arkais.
Lantas bagaimana dengan cerpen (cerita pendek)? Hikayat dan cerpen sama-sama merupakan teks narasi fiksi. Keduanya mempunyai unsur intrinsik yang sama yaitu tema, tokoh dan penokohan, sudut pandang, latar, gaya bahasa, dan alur.
Sekarang kamu akan mempelajari perbandingan bahasa dalam cerpen dan hikayat. Kaidah bahasa yang dominan dalam cerpen adalah penggunaan gaya bahasa (majas) dan penggunaan konjungsi yang menyatakan urutan waktu dan urutan kejadian.
a. Penggunaan Majas
Penggunaan majas dalam cerpen dan hikayat berfungsi untuk membuat cerita lebih menarik jika dibandingkan menggunakan bahasa yang bermakna lugas.
Ada berbagai jenis majas yang digunakan baik dalam cerpen dan hikayat. Di antara majas yang sering digunakan dalam cerpen maupun hikayat adalah majas antonomasia, metafora, hiperbola dan majas perbandingan.
Meskipun sama-sama menggunakan gaya bahasa, tetapi gaya bahasa yang digunakan dalam hikayat berbeda penyajiannya dengan gaya bahasa dalam cerpen.
b. Penggunaan Konjungsi
Baik cerpen maupun hikayat merupakan teks narasi yang banyak menceritakan urutan peristiwa atau kejadian. Untuk menceritakan urutan peristiwa atau alur tersebut, keduanya menggunakan konjungsi yang menyatakan urutan waktu dan kejadian.
Membandingkan Nilai dalam Teks Hikayat dan Nilai Cerpen
Pada pembelajaran yang telah lalu, kamu telah memahami bahwa banyak nilai dalam hikayat yang masih sesuai dengan kehidupan masa kini.
Sebagai karya sastra modern yang mengangkat nilai-nilai kehidupan masa kini, dapat diduga bahwa banyak nilai dalam hikayat yang bersesuaian dengan nilai dalam hikayat.
C. Mengembangkan Cerita Rakyat ke dalam Bentuk Cerpen
Membandingkan Alur Cerita dalam Hikayat dan Cerpen
Salah satu unsur intrinsik yang sangat menentukan keberhasilan sebuah cerpen atau hikayat dalam menyampaikan cerita adalah alur. Alur adalah rangkaian peristiwa yang mempunyai hubungan sebab akibat yang membentuk satu rangkaian cerita yang utuh.
Salah satu karekteristik alur dalam hikayat selain beralur maju adalah menggunakan alur berbingkai. Alur mundur dalam sebuah cerita berarti cerita dimulai dari masa lalu ke masa kini, atau dari masa kini ke masa yang akan datang.
Alur berbingkai artinya di dalam cerita ada cerita lain. Alur berbingkai dalam hikayat biasanya disajikan dengan menghadirkan tokoh lain yang bercerita tentang suatu kisah.
Menceritakan Kembali Isi Hikayat ke dalam Bentuk Cerpen
Kamu telah membandingkan isi dan kaidah kebahasaan hikayat dan cerpen, berikutnya kamu akan belajar mengubah isi cerita hikayat ke dalam bentuk cerpen. Berikut ini hal yang perlu kamu perhatikan ketika mengubah isi cerita hikayat ke dalam cerpen.
1. Mengubah alur cerita dari alur berbingkai menjadi alur tunggal.
2. Menggunakan bahasa Indonesia saat ini.
3. Menggunkan gaya bahasa yang sesuai.
4. Tetap mempertahankan nilai-nilai yang terkandung di dalam hikayat
D. Laporan Membaca Buku
Langkah-langkah Membuat Rangkuman
1. Harus membaca uraian asli pengarang sampai tuntas agar memperoleh gambaran atau kesan umum dan sudut pandang pengarang. Pembacaan hendaklah dilakukan secara saksama dan diulang sampai dua atau tiga kali untuk dapat memahami isi bacaan secara utuh.
2. Perangkum membaca kembali bacaan yang akan dirangkum dengan membuat catatan pikiran utama atau menandai pikiran utama setiap uraian untuk setiap bagian atau setiap paragraf.
3. Dengan berpedoman hasil catatan, perangkum mulai membuat rangkuman dan menyusun kalimat-kalimat yang bertolak dari hasil catatan dengan menggunakan bahasa perangkum sendiri. Apabila perangkum merasa ada yang kurang sesuai, perangkum dapat membuka kembali bacaan yang akan dirangkum.
4. Perangkum perlu membaca kembali hasil rangkuman dan mengadakan perbaikan apabila dirasa ada kalimat yang kurang koheren.
5. Perangkum perlu menulis kembali hasil rangkumannya berdasarkan hasil perbaikan dan memastikan bahwa rangkuman yang dihasilkan lebih pendek dibanding dengan bacaan yang dirangkum.
Daftar Pustaka :
Suherli, Maman Suryaman, Aji Septiaji, Istiqomah. 2017. Bahasa Indonesia Kelas X SMA/MA/SMK/MAK. Jakarta : Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, Kemendikbud