Materi Sejarah Indonesia Kelas 11 Bab 2 Perang Melawan Kolonialisme dan Imperialisme

Hai teman-teman semuanya! Apa kabar? Penulis harap kamu selalu dalam keadaan sehat dan semangat dalam mengikuti pembelajaran via daring, terutama pada materi Sejarah Indonesia.

Hari ini, kita akan melanjutkan materi Sejarah Indonesia kelas 11 bab 2 mengenai Perang Melawan Kolonialisme dan Imperialisme. Bagaimana kamu sudah siap? Yuk, langsung simak ulasannya di bawah ini.

Bab 2:
Perang Melawan Kolonialisme dan Imperialisme


materi sejarah indonesia kelas 11 bab 2
Antique illustration of the first Italo-Ethiopian war (1895-1896): Adua (Adwa) battle

Untuk mentjapai kemerdekaan kita, kita harus bersatu, Untuk mentjapai kemerdekaan kita, kita harus membinasakan imperialisme dan kapitalisme H.A. Notosoetardjo -Bung Karno dihadapan Pengadilan Kolonial (1963)

A. Perang Melawan Hegemoni dan Keserakahan Kongsi Dagang

1. Aceh Versus Portugis dan VOC

Perkembangan Aceh yang begitu pesat ini dipandang oleh Portugis sebagai ancaman. Oleh karena itu, Portugis berupaya untuk menghancurkan Aceh. Pada tahun 1523 Portugis melancarkan serangan ke Aceh. Kembali Portugis tahun berikutnya melancarkan serangan ke Aceh. Beberapa serangan Portugis ini mengalami kegagalan.

2. Maluku Angkat Senjata

Portugis berhasil memasuki Kepulauan Maluku pada tahun 1521. Mereka memusatkan aktivitasnya di Ternate. Tidak lama berselang orangorang Spanyol juga memasuki Kepulauan Maluku dengan memusatkan kedudukannya di Tidore. Terjadilah persaingan antara kedua belah pihak.

3. Sultan Agung Versus J.P. Coen

Sultan Agung adalah raja yang paling terkenal dari Kerajaan Mataram. Pada masa pemerintahan Sultan Agung, Mataram mencapai zaman keemasan. Cita-cita Sultan Agung antara lain: (1) mempersatukan seluruh tanah Jawa, dan (2) mengusir kekuasaan asing dari bumi Nusantara.

4. Perlawanan Banten

Banten memiliki posisi yang strategis sebagai bandar perdagangan internasional. Oleh karena itu, sejak semula Belanda ingin menguasai Banten, tetapi tidak pernah berhasil. Akhirnya VOC membangun Bandar di Batavia pada tahun 1619. Terjadi persaingan antara Banten dan Batavia memperebutkan posisi sebagai bandar perdagangan internasional. Oleh karena itu, rakyat Banten sering melakukan serangan-serangan terhadap VOC.

5. Perlawanan Gowa

Kerajaan Gowa merupakan salah satu kerajaan yang sangat terkenal di Nusantara. Pusat pemerintahannya berada di Somba Opu yang sekaligus menjadi pelabuhan Kerajaan Gowa.

6. Rakyat Riau Angkat Senjata

Ambisi untuk melakukan monopoli perdagangan dan menguasai berbagai daerah di Nusantara terus dilakukan oleh VOC. Di samping menguasai Malaka, VOC juga mulai mengincar Kepulauan Riau.

7. Pemberontakan Orang Cina di Batavia

Sejak abad ke-5 orang-orang Cina sudah mengadakan hubungan dagang ke Jawa dan jumlahnya pun semakin banyak. Pada masa perkembangan kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha dan Islam banyak pedagang Cina yang tinggal di daerah pesisir, yang menikah dengan penduduk Jawa khususnya ke Batavia.

8. Perlawanan Pangeran Mangkubumi dan Mas Said

Perlawanan terhadap VOC di Jawa kembali terjadi. Perlawanan ini dipimpin oleh bangsawan kerajaan yakni Pangeran Mangkubumi dan Raden Mas Said. Perlawanan berlangsung sekitar 20 tahun.

B. Perang Melawan Penjajahan Belanda

1. Perang Tondano

a) Perang Tondano I (1808)

Sekalipun hanya berlangsung sekitar satu tahun Perang Tondano terjadi dalam dua tahap. Perang Tondano I terjadi pada masa kekuasaan VOC. Pada saat datangnya bangsa Barat, orang-orang Spanyol sudah sampai di tanah Minahasa (Tondano) Sulawesi Utara.

b) Perang Tondano II (1809)

Perang Tondano II sebenarnya sudah terjadi ketika memasuki abad ke-19, yakni pada masa pemerintahan kolonial Belanda.

2. Perang Pattimura (1817)

Maluku dengan hasil rempah-rempahnya diibaratkan bagaikan “mutiara dari timur”. Kekayaan yang diibaratkan bagaikan “mutiara dari timur” itu, senantiasa diburu oleh orang-orang Eropa.

3. Perang Padri

Perang Padri terjadi di tanah Minangkabau, Sumatera Barat pada tahun 1821–1837. Perang ini digerakkan oleh para pembaru Islam.

Perang Padri di Sumatera Barat ini dapat dibagi dalam tiga fase.

  1. Fase Pertama (1821-1825)
  2. Fase Kedua (1825-1830)
  3. Fase ketiga (1830 – 1837/1838)

4. Perang Diponegoro

Memasuki abad ke-19, keadaan di Jawa khususnya di Surakarta dan Yogyakarta semakin memprihatinkan.

Pada tanggal 17 Oktober 1829 ditandatangani Perjanjian Imogiri antara Sentot Prawirodirjo dengan pihak Belanda. Isi perjanjian itu antara lain sebagai berikut.

  1. Sentot Prawirodirjo diizinkan untuk tetap memeluk agama Islam.
  2. Pasukan Sentot Prawirodirjo tidak dibubarkan dan ia tetap sebagai pemimpinnya.
  3. Sentot Prawirodirjo dengan pasukannya diizinkan untuk tetap memakai sorban.
  4. Sebagai kelanjutan perjanjian itu, maka pada tanggal 24 Oktober 1829 Sentot Prawirodirjo dengan pasukannya memasuki ibu kota negeri Yogyakarta untuk secara resmi menyerahkan diri.

5. Perlawanan di Bali

Pada abad ke-19 di Bali sudah berkembang kerajaan-kerajaan yang berdaulat. Misalnya Kerajaan Buleleng, Karangasem, Klungkung, Gianyar, Badung, Jembrana, Tabanan, Menguri, dan Bangli.

Pada masa pemerintahan Gubernur Jenderal Daendels, pemerintah kolonial mulai menjalin kontak dengan kerajaan-kerajaan di Bali. Kontrak tersebut tidak sekadar urusan dagang, tetapi juga menyangkut sewa menyewa orang-orang Bali untuk dijadikan tentara pemerintah Hindia BeIanda.

6. Perang Banjar

Di Kalimantan Selatan pernah berkembang Kerajaan Banjar atau Banjarmasin. Wilayah Kesultanan Banjarmasin ini pada abad ke-19 meliputi Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah sekarang.

Aceh memiliki kedudukan yang strategis. Aceh menjadi pusat perdagangan. Daerahnya luas dan memiliki hasil penting seperti lada, hasil tambang, serta hasil hutan. Karena itu dalam rangka mewujudkan Pax Neerlandica, Belanda sangat berambisi untuk menguasai Aceh.

Pertemuan di Kandangan menghasilkan kesepakatan yang intinya para pemimpin pejuang Perang Banjar menolak tawaran berunding dengan Belanda, dengan merumuskan beberapa siasat perlawanan sebagai berikut:

  1. pemusatan kekuatan perlawanan di daerah Amuntai;
  2. membuat dan memperkuat pertahanan di Tanah Laut, Martapura, Rantau dan Kandangan;
  3. Pangeran Antasari memperkuat pertahanan di Dusun Atas; dan
  4. mengusahakan tambahan senjata.

7. Perang Aceh

Aceh ibarat Serambi Mekah merupakan daerah dan kerajaan yang berdaulat. Rakyat bebas beraktivitas, beribadah, dan berdagang dengan siapa saja, di mana saja. Tetapi kedaulatan mulai terganggu karena keserakahan dan dominasi Belanda.

  1. Snouck Hurgronje mengusulkan beberapa cara untuk melawan perjuangan rakyat Aceh. Beberapa usulan itu adalah sebagai berikut:
  2. perlu memecah belah persatuan dan kekuatan masyarakat Aceh
  3. menghadapi kaum ulama yang fanatik dalam memimpin perlawanan harus dengan kekerasan
  4. bersikap lunak terhadap kaum bangsawan dan keluarganya dan diberi kesempatan untuk masuk ke dalam korps pamong praja

8. Perang Batak

Batak merupakan nama kawasan sekaligus nama suku, Suku Batak. Ada beberapa kelompok Batak misalnya ada Batak Toba, Batak Karo, Batak Simalungun, Batak Mandailing, dan Batak Pakpak.

Batak sebenarnya berada di daerah-daerah kompleks perkampungan yang disebut dengan huta. Huta adalah bentuk kesatuan ikatan-ikatan kampung yang dalam berbagai aspek kehidupan berdiri sendiri-sendiri.

Daftar Pustaka :
Sardiman AM, dan Amurwani Dwi Lestariningsih. 2017. Sejarah Indonesia Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK. Jakarta : Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, Kemendikbud

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Check Also

Sistem dan Struktur Politik Ekonomi Indonesia Masa Demokrasi Terpimpin

Perlu kalian ketahui, dengan dikeluarkannya Dekret Presiden pada 5 Juli 1959, Presiden Soe…