Halo teman-teman semua! Apa kabarnya nih? Semoga selalu sehat dan tetap semangat mengikuti pembelajaran baik secara online atau offline ya. Kali ini penulis ingin membagikan materi Seni Budaya Kelas 12 Bab 7 mengenai Teater. So, tanpa menunggu lama, langsung simak ulasan di bawah ini ya.
Bab 7:
Teater
Unsur-Unsur dalam Teater
Untuk memahami konsep kekaryaan teater yang unik, orisinal dan utuh, harus melalui analisis unsurnya. Unsur-unsur tersebut adalah:
- Naskah/lakon sebagai bahan baku pergelaran teater
- Tempat pertunjukan
- Sutradara
- Pemain
- Properti
Proses Produksi Teater
Proses produksi yang diawali dengan konsep hingga terwujudnya sebuah karya teater disebut proses kekaryaan teater. Nilai karya teater dan karya seni lainnya terletak pada keunikan atau orisinal. Artinya, karya itu tidak ada duanya dan belum pernah diciptakan atau digagas orang lain sebelumnya.
Sesuatu yang unik adalah sesuatu yang berbeda, utuh ciptaan seniman atau kelompok seniman yang tergabung dalam suatu produk karya seni. Keutuhan, orisinalitas, keunikan merupakan hal-hal yang menjadi target capaian dalam proses karya cipta seni, harapan dan tuntutan apresiator seni.
Teater diproduksi untuk disajikan kepada penonton. Antara karya yang diciptakan oleh penggarap dengan penonton, terselip sebuah tujuan, yaitu komunikasi. Komunikasi dapat terwujud apabila ada kesesuaian antara karya cipta teater dengan tingkat apresiasi penontonnya.
Antara karya seni teater dengan penontonnya harus ada kesesuaian. Sehingga, dalam penyajian teater selalu mempertimbangkan unsur-unsurnya hingga terwujud sebuah komunikasi.
Teknik pengungkapan gagasan dalam teater tertumpu pada pemain. Pemain adalah unsur pokok dalam teater, yang lainnya adalah unsur pendukung untuk memperkuat teater. Jika unsur pokoknya jelek maka pertunjukan dikatakan gagal.
Bagi pemeran, ada tiga hal yang harus dilakukan dalam proses pencarian karakter tokoh yang sesuai dengan lakon, yaitu memahami naskah, observasi, dan latihan. Setelah memahami naskah yang akan digarap, kemudian mengadakan observasi ke suatu tempat yang telah ditentukan.
Maksud observasi adalah untuk mengadakan pendekatan terhadap tokoh-tokoh cerita yang terdapat dalam naskah. Setelah memahami tentang observasi, kemudian mengadakan latihan.
Latihan Pertunjukkan Teater
Latihan bisa dilakukan dengan 3 cara :
- Olah tubuh : melatih anggota badan agar mencapai kelenturan. Jika sudah lentur, akan mudah menirukan gerak-gerak apa saja tanpa merasa kaku dan nyeri di otot.
- Olah vokal : suara harus terlatih agar suara asli tidak terdengar lagi. Yang terdengar adalah suara tokoh cerita yang ada dalam lakon. Suara butuh kelenturan dan keterbiasaan, jika tidak maka akan menimbulkan serak dan tidak akan mencapai tokoh cerita yang diharapkan.
- Olah sukma : Melatih daya konsentrasi agar terbiasa dalam memusatkan pikiran terhadap sesuatu. Dengan penuh konsentrasi, akan terhindar dari lupa dialog atau lupa bloking (permainan tempat), gestur (sikap badan). Jika terbiasa mengolah sukma untuk konsentrasi, akan cepat hafal, paham termasuk menerima pelajaran baru. Jika tidak dapat konsentrasi karena tidak terlatih, akan sulit untuk mengerti apapun.
Dalam memerankan tokoh cerita harus dilakukan secara wajar. Tidak berlebihan (overacting) dialog dan gerak/aksi. Ada beberapa gerak yang dilakukan oleh aktor atau aktris diatas pentas. Gerak tersebut penting dilakukan untuk menegaskan watak/karakter yang dibawakannya. Tanpa gerak, terkesan statis, namun terlalu banyak gerak akan terkesan over.
Macam-macam gerak yang dilakukan pemain dalam drama :
- Movement: perpindahan tempat pemain dari satu tempat ke tempat lain
- Gestures: gerakan badan dengan anggotanya, ke kiri, ke kanan, berputar ke belakang dengan salah satu kaki sebagai porosnya
- Business: gerakan-gerakan kecil yang dilakukan oleh tangan, jari, kepala
- Gait: gerakan besar misalnya cara berjalan
- Detail: gerakan yang lebih kecil, misalnya: kedip mata, menarik nafas, mengernyitkan alis dsb.
Prosedur menurut ke khasan karya teater :
- Tujuan penciptaan: mengomunikasikan gagasan kehidupan melalui pertunjukan teater
- Media pengungkapan: terdiri atas bahasa verbal dan bahasa nonverbal
- Tata kelola proses produksi teater: serangkaian cara, strategi, dan teknis produksi untuk mewujudkan gagasan artistik yang diharapkan
Naskah Teater
Naskah/lakon dibuat oleh penulis naskah (sastrawan). Ada penulis naskah yang merangkap sebagai sutradara, karena penulis lebih tahu tentang maksud isi naskah/lakon yang ditulisnya. Ada pula penulis naskah yang hanya mampu dan bagus dalam menciptakan naskah, tetapi kurang bagus menyutradarainya dalam bentuk pertunjukan.
Banyak dramawan yang hebat sebagai sutradara, tetapi tidak dapat membuat naskah. Antara penulis naskah dengan sutradara teater memiliki hubungan timbal-balik. Kedua insan tersebut dapat saling menguntungkan. Penulis naskah terkenal karena karyanya dipentaskan dan ditonton oleh masyarakat. Sutradara terkenal dengan karya pertunjukannya.
Didalam naskah terdapat :
Dalam naskah terdapat gagasan-gagasan pengarang tentang pengalaman batinnya yang ingin disampaikan kepada penonton. Gagasan/ide terdiri dari satuan-satuan kecil, yaitu nilai-nilai kehidupan yang dialami pengarang yang ingin dikomunikasikan kepada masyarakat. Tidak semua nilai dalam kehidupan dapat disajikan dalam satu naskah yang dibuatnya, hanya beberapa nilai saja.
Seperangkat nilai bersatu menjadi gagasan/ide. Gagasan-gagasan atau ide-ide bersatu menjadi sebuah tema. Dalam sebuah lakon terdiri dari beberapa tema, tetapi ada juga lakon yang hanya memiliki satu tema, contohnya fragmen (sajian drama yang ceritanya merupakan penggalan dari cerita utuh).
Dalam naskah ada tokoh-tokoh cerita yang menghidupkan naskah itu sendiri. Tokoh-tokoh cerita tersebut jika diklasifikasi menjadi:
- Protagonis: peran utama
- Antagonis: peran lawan
- Tritagonis: Peran ketiga yang mendukung protagonis atau antagonis
- Peran pembantu
Dalam naskah juga terdapat struktur dramatik. Struktur dramatik terdiri dari bagian pertama, kedua, dan ketiga. Bagian pertama adalah pemaparan (eksposisi), bagian kedua adalah konflikasi, bagian ketiga koflik, bagian keempat klimaks, bagian kelima anti klimaks, dan bagian akhir adalah keputusan.
Dalam menganalisis sebuah naskah drama, yang harus diperhatikan adalah judul naskah, pengarang, tema, dan keunikannya. Naskah atau sastra drama merupakan karya seorang sastrawan yang memiliki bakat dibidang penulisan naskah drama. Tidak semua sastrawan mampu membuat atau menciptakan sastra drama sehubungan dengan bakat dan minatnya.
Sastra drama adalah khayalan pengarang tentang kehidupan manusia. Para penonton drama sadar bahwa yang ditontonnya hanyalah fiksi, bukan realitas yang sebenarnya. Namun, terkadang penonton hanyut dalam jalinan cerita sehingga ikut sedih, gembira, haru, marah, dan berbagai perasaan lainnya sesuai dengan cerita yang disajikan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan ketika membuat naskah drama :
- Struktur cerita
- Karakter/perwatakan
- Diksi/bahasa
- Ide/gagasan
- Perlengkapan pertunjukan
Pengertian Teater
Teater adalah seni pertunjukan yang sarat dengan simbol-simbol. Simbol adalah sarana untuk menghantarkan makna pesan penggarap. Adapun pesan adalah nilai-nilai yang dikomunikasikan kepada publik atau penonton untuk mendapat tanggapan dan apresiasi.
Peristiwa panggung merupakan peristiwa simbolis yang diangkat dari pengalaman kehidupan manusia. Penonton dapat menikmati pertunjukan teater melalui proses penafsiran makna-makna dari simbol-simbol yang dihadirkan di atas panggung. Simbol hanyalah sarana atau media untuk menyampaikan makna pesan seniman kepada penonton.
Dalam teknik penyampaian gagasan teater dan seni lainnya, tidak secara jelas seperti pidato/ceramah. Seni mengusung nilai-nilai terselubung dalam balutan simbol hingga menarik untuk dicerna. Menonton teater harus berpikir untuk menafsirkan makna pesan yang berada dibalik simbol. Keindahan menonton teater, apabila mampu menerjemahkan apa yang diungkapkan simbol.
Jenis Simbol dalam Teater
Jenis simbol dalam teater ada 3, yaitu visual, verbal, dan auditif. Simbol visual adalah simbol yang nampak dalam penglihatan penonton, meliputi seluruh wujud, bentuk, warna, dan tubuh para pemain. Simbol verbal adalah simbol yang diungkapkan dengan kata-kata oleh para pemain, narator, dan dalang. Simbol auditif adalah simbol yang berbunyi atau simbol yang ditimbulkan oleh bunyi.
Semua yang nampak di atas pentas akan mengirimkan pesan makna kepada penonton. Seperti gestur, gerakan, kostum, ekspresi wajah, dan perkakas pendukung pemain yang ada di atas pentas. Tata cahaya juga memperkuat simbol visual, seperti terang, redup, merah, jingga, kuning, biru dsb.
Contoh adegan simbolis :
Contoh adegan teater yang menjadi juara 1 FLS2N 2014 di Semarang :
Simbol yang digunakan dalam teater berfungsi memperkuat komunikasi ide-ide yang akan disampaikan. Kualitas komunikasi ditentukan oleh proses pencarian /eksplorasi, latihan, dan penjiwaan. Bahasa verbal/kata-kata adalah sarana simbolis dalam komunikasi. Agar komunikasi berjalan dengan lancar, kedua pihak harus saling memahami yang diungkapkan melalui ucapannya.
Komunikasi dalam Teater
Bahasa nonverbal sangat membantu proses komunikasi ketika bahasa kata-kata terbatas oleh perbendaharaan dan struktur kalimat yang diucapkan. Mitra komunikasi akan paham tentang apa yang dimaksudkan melalui gerakan anggota tubuh ketika berkomunikasi.
Bahkan diam dalam teater adalah komunikasi. Duduk termenung di sudut ruangan tanpa kata-kata adalah komunikasi, karena orang lain akan menafsirkan tentang apa dan mengapa merenung. Bahasa nonverbal yang visual tidak terbatas oleh kata-kata dan tidak terbatas oleh satu makna. Komunikasi nonverbal kadang menimbulkan multi tafsir bergantung pada pengetahuan dan pengalaman penafsir yang menjadi mitra komunikasi.
Bahasa visual juga meliputi bentuk dan warna. Bentuk bulat berbeda makna dengan persegi, berbeda dengan segitiga, dsb. Setiap bentuk dimaknai beragam oleh kehidupan budaya seperti perkakas rumah, senjata tradisional, dsb. Warna-warna yang digunakan untuk kostum pemain atau properti memberi makna berbeda dari warna yang berbeda.
Contoh permainan kain putih sebagai properti :
Teknik dan Peran dalam Pentas Teater
Teknik pengungkapan gagasan dalam teater yaitu multimedia. Media tersebut berupa bahasa ungkap sebagai sarana komunikasi yang meliputi audio dan visual. Bahasa/kata-kata yang diucapkan para pemain dan musik termasuk kategori audio, bahasa tubuh, bahasa warna, dan bentuk termasuk kategori visual.
1. Penggarap Teater
Penggarap teater melakukan teknik pengungkapan secara efektif, panggung merupakan ruang yang terbatas, tetapi harus mengesankan banyak hal. Jika panggung harus mengesankan suasana pantai, karena peristiwa cerita terjadi di pantai, tidak mungkin suasana pantai yang sebenarnya dipindahkan keatas panggung.
Penggarap teater hanya menghadirkan benda-benda yang khas dan dapat mewakili suasana pantai. Jika tidak dapat menghadirkan benda-benda pantai dengan sesuatu alasan tertentu, sarana simbol dapat menggunakan bunyi deru ombak atau desir pasir tertiup angin laut menyentuh dedaunan yang berada disekitar pantai.
Jika hal itu pun tidak bisa dilakukan, ada cara instan yang biasa digunakan para penggarap teater, yaitu dengan lukisan atau print out foto pantai pada kanvas besar atau layar belakang. Untuk memperkuat suasana pantai dipertegas oleh media lain, seperti sistem pencahayaan, warna, desain kostum pemain, akting pemain yang seolah-olah seperti perilaku orang-orang pantai.
Kejelian penggarap dalam menghadirkan benda-benda, warna-warna, bentuk-bentuk, bunyi-bunyi dan perilaku-perilaku untuk mengesankan suasana tertentu adalah nilai kreativitas yang sangat tinggi.
2. Pengarang
Pengarang menuangkan ide-ide ceritanya melalui kata-kata yang terhimpun dalam sebuah teks naskah drama. Teks naskah drama yang memuat kata-kata itu adalah simbol-simbol verbal sebagai sarana untuk mengomunikasikan gagasan cerita.
3. Penampil dalam Teater
Penampilan teater merupakan proses pemanggungan sebuah lakon. Naskah drama berupa teks berisi kata-kata karya seorang pengarang kemudian diterjemahkan kedalam bahasa pentas oleh para seniman penggarap. Istilah lain untuk proses penterjemahan bahasa ungkap yang dipanggungkan adalah transformasi.
Bahasa kata-kata dalam teks naskah yang awalnya hanya simbol-simbol verbal, kemudian diperkaya dengan simbol-simbol audio dan visual. Seorang penggarap teater akan selalu mencari padanan sarana simbol yang digunakan dalam teks naskah kedalam versi pertunjukan. Misalnya, kata “tidak” dalam teks naskah cukup dengan bahasa tubuh dengan cara menggelengkan kepala.
Dapat juga kata “tidak” divisualkan dengan gerakan tangan yang seolah-olah menolak atau mungkin dapat menggunakan seluruh media ungkap visual, verbal dan audio agar betul-betul lengkap. Perlu diperhatikan bahwa dalam penggunaan media ungkap, efektivitas dan kesesuaiannya dengan karakter tokoh cerita yang dimainkan.
Karakter tokoh yang lincah, berani dan tegas menyertakan bahasa tubuh ketika dia sedang berbicara. Tokoh yang dingin, pendiam, atau pemalu, sulit berkomunikasi dengan orang lain. Akibatnya gagasan, hasrat, atau keinginginannya sulit untuk dipahami orang lain. Kedua karakter tersebut dapat hadir dalam satu cerita dan bagaimanana cara menampilkannya.
Untuk menerjemahkan bahasa teks (sastra drama) kedalam bahasa pertunjukan harus punya banyak pengetahuan dan pengalaman. Jika garapan drama tidak disertai dengan pengetahuan dan pengalaman, maka produk drama yang dipertunjukan akan berkesan miskin pengalaman dan pengetahuan.
Seseorang yang memiliki banyak pengetahuan tidak akan kehabisan ide untuk manafsirkan hal-hal yang ada dalam sastra drama untuk kebutuhan pertunjukan. Seseorang yang memiliki banyak pengalaman dalam proses garapan dan menonton karya orang lain, sangat memungkinkan untuk menghadirkan ide-ide yang orisinal, bukan tiruan dari karya orang lain.
Orisinalitas karya adalah keunikan seniman penggarap yang membedakan dirinya dengan seniman lainnya. Semua itu berindikasi pada suksesnya garapan drama, serta itulah kualitas karya yang membuat penonton merasa empati pada karya tersebut.
Daftar Pustaka:
Budiman, A., dkk. 2015. Seni Budaya SMA/MA Kelas XII Semester 1. Jakarta : Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, Kemdikbud.