Kamu sebagai penggemar sastra tentunya sudah ga asing dong dengan nama legend Pramoedya Ananta Toer? Yap, beliau merupakan salah satu penulis Indonesia yang mendunia dan karyanya tak pernah mati hingga saat ini. Untuk mengisi akhir pekanmu, penulis ingin membagikan beberapa rekomendasi novel karya Pramoedya Ananta Toer beserta ulasan singkatnya.
Oh iya, walaupun tulisan beliau sudah terbit puluhan tahun yang lalu, tetapi berbagai penerbit indie maupun mayor tetap aktif mencetak ulang berbagai karya beliau lho. So, kamu ga perlu kesulitan sama sekali untuk mencari dan membaca tulisan dari Pramoedya Ananta Toer. Yuk, simak ulasannya di bawah ini!
Rekomendasi Novel Karya Pramoedya Ananta Toer
1. Bumi Manusia
Novel karya Pramoedya Ananta Toer yang pertama dan wajib banget kamu baca berjudul Bumi Manusia. Novel ini menjadi salah satu karya sastra terbesar yang pernah ada di Indonesia, bahkan sampai kini masih terus dibaca oleh generasi muda.
Bumi Manusia bercerita mengenai pemuda pribumi bernama Minke dengan latar Indonesia pada periode akhir 1800 an hingga 1918. Dalam novel ini, Minke sebagai seorang pemuda yang mendapat pendidikan dengan baik merasa begitu terkesima dengan kebudayaan barat yang maju.
Sampai akhirnya ia menyadari bahwa Eropa merupakan bangsa yang menindas tanah airnya sendiri. Novel ini juga kaya akan berbagai perspektif dari kelas masyarakat berbeda sekaligus menggambarkan dengan cantik keadaan sosial budaya di masa tersebut. Highly Recommended banget untuk dibaca!
2. Gadis Pantai
Next, rekomendasi novel karya Pramoedya Ananta Toer berikutnya berjudul Gadis Pantai. Secara garis besar, novel ini mengangkat tema feodalisme di antara masyarakat Indonesia. Gadis Pantai (sebutan tokoh utama dalam novel ini) tumbuh di sebuah kampung nelayan, di daerah Rembang Jawa Tengah.
Ketika ia berusaha 14 tahun, seorang utusan dari Keresidenan Jepara menyambangi kediamannya. Utusan tersebut berniat membawa Gadis untuk dibawa ke penguasa daerah tersebut dan menjadi pemuas kebutuhan biologisnya, sebelum kelak sang penguasa menikah dengan gadis yang sederajat.
Kehidupan Gadis pun berubah dari seorang remaja perempuan yang akrab dengan pantai menjadi seorang remaja perempuan yang memiliki adat dan tata krama. Selain kaya dengan kritik sosial, novel berjudul Gadis Pantai juga penuh nilai-nilai feminisme. Kamu pun akan diajak menyelami pergolakan batin Gadis sebagai perempuan.
3. Jejak Langkah
Novel satu ini merupakan gabungan dari tetralogi Pulau Buru yang berjudul Jejak Langkah. Jejak langkah menjadi novel karya Pramoedya Ananta Toer yang tak kalah menarik untuk dibaca.
Novel ini masih mengikuti perjalanan Minke seperti yang ditemui di Bumi Manusia. Di Jejak Langkah, Minke sudah memasuki sekolah kedokteran bernama STOVIA. Ia pun tinggal di asrama yang disediakan untuk pelajar pribumi, sayangnya di hari pertama Minke sudah mengalami perpeloncoan yang dilakukan para seniornya.
Selain kisah Minke bersama sekolah STOVIA, Jejak Langkah juga mempertemukannya dengan Ang Sang Mei. Ia merupakan gadis Tionghoa yang memiliki jiwa nasionalisme besar. Sayangnya Mei sendiri tak berumur panjang, Minke yang ditinggal Mei begitu kehilangan dan bertekad memperjuangkan nasionalisme Mei terhadap Indonesia.
4. Anak Semua Bangsa
Kalau Jejak Langkah menjadi novel ketiga dari Tetralogi Pulau Buru, maka Anak Semua Bangsa merupakan novel kedua dari tetralogi yang sama. Novel ini masih mengikuti perjalanan Minke, jauh sebelum bertemu dengan Mei.
Mei bukanlah cinta pertama Minke, di Bumi Manusia sendiri ia sudah jatuh hati dengan seorang gadis keturunan Belanda bernama Ann. Sayangnya, cinta Minke dan Ann tidak berbuah manis. Ia pun melarikan kegalauannya dengan terus menulis.
Di sisi lain, Minke mengalami gesekan dengan kedua sahabatnya serta ia mulai menyadari betapa sistem pemerintahan yang dibangun Belanda begitu menyengsarakan masyarakat Indonesia. Berbeda dengan novel pertama dan ketiga, Anak Semua Bangsa lebih sarat akan romansa, tetapi kaya dengan kritik dan konflik.
5. Perburuan
Sedikit keluar dari novel dalam tetralogi Pulau Buru, novel karya Pramoedya Ananta Toer kali ini berjudul Perburuan. Kisahnya berbeda dengan Minke, tetapi tetap memiliki tema yang sama yaitu perjuangan dan feodalisme.
Berkisah mengenai seorang pemimpin PETA yang kini menjadi buruan pemerintah Jepang di Indonesia, Den Hardo. Ia melarikan diri dan menjadi seorang kere akibat jarang merawat diri atau makan.
Ia pun tanpa sengaja bertemu dengan calon ayah mertuanya yang bekerja sebagai Lurah Taliwangan. Sayangnya, pria ini sama sekali tidak mengenali Den Hardo yang telah berbeda jauh. Perjalanan Den Hardo pun terus berlanjut dari satu perburuan ke perburuan lainnya, berusaha melarikan diri dari kejaran tentara Jepang.
6. Midah Si Manis Bergigi Emas
Novel karya Pramoedya Ananta Toer berikutnya berjudul Midah si Manis Bergigi Emas. Midah adalah seorang gadis dari Haji Abdul yang memiliki kehidupan cukup serta bahagia. Sayangnya, kehadiran adik-adik Midah membuatnya merasa begitu dicampakkan dan kurang mendapat kasih sayang dari kedua orang tuanya.
Midah pun dijodohkan dengan seorang pria yang mempunyai banyak istri hampir di setiap kota yang dikunjunginya. Merasa tak tahan, tiga bulan setelah menikah Midah melarikan diri ke rumah bekas pembantunya, kemudian turun ke jalan untuk menjadi pengamen keroncong.
Melalui novel ini, pembaca diajak menyelami kehidupan Midah yang getir penuh prahara dan persoalan pelik yang sekali-kali memancing air mata. Midah mengajari setiap perempuan akan kerja keras dan cinta ibu pada anak yang tak pernah pudar.
7. Rumah Kaca
Buku terakhir dalam tetralogi Pulau Buru berjudul Rumah Kaca. Novel karya Pramoedya Ananta Toer ini memiliki sudut pandang yang berbeda dari ketiga novel sebelumnya. Apabila Bumi Manusia sampai Jejak Langkah mengambil sudut pandang Minke, maka kali ini adalah seorang anak berpendidikan Eropa asal Makassar.
Beliau bernama Jacquess Pangemanann. Jac yang bekerja sebagai seorang polisi negeri sempat menangangi kasus Si Pitung dan beranggapan bahwa Si Pitung merupakan ulah ketidakadilan dari pemerintah kolonial. Jac sendiri bekerja pada pemerintah kolonial dan bertugas membumihanguskan seluruh pekerjaan Minke.
Di sisi lain, Jac begitu mengagumi Minke dari tulisan yang dibuat selama Bumi Manusia hingga Jejak Langkah. Meskipun begitu, Jac begitu mencintai kedudukannya dalam pemerintahan kolonial. Novel pun ditutup dengan permohonan maaf sebesar-besarnya kepada Ibu Minke karena Jac telah membuatnya menderita selama ini.
8. Bukan Pasar Malam
Rekomendasi novel karya Pramoedya Ananta Toer yang terakhir berjudul Bukan Pasar Malam. Novel ini bercerita mengenai kedekatan batin antara seorang ayah dan anak. Sang ayah yang menderita TBC merupakan seorang pejuang nasionalis.
Sayangnya, keluarga ini bukan berasal dari keluarga berkecukupan yang membuat sang anak harus kembali ke Jakarta untuk kembali bekerja. Namun, hati sang anak tidak rela untuk meninggalkan ayahnya di desa.
Novel Bukan Pasar Malam seringkali berisi renungan-renungan Sang Anak mengenai kehidupan, harta, dan juga waktu. Ia mempelajari bahwa kehidupan akan terus berlalu, yang datang, kembali, dan pergi.
Nah, di atas adalah beberapa rekomendasi novel karya Pramoedya Ananta Toer yang super keren dan mendunia guys. Bagaimana? Apakah kamu tertarik untuk membaca salah satu tulisan di atas? Kalau iya, maka penulis sangat menganjurkanmu untuk mengambil sedikit waktu luang agar bisa membaca dengan sangat fokus.
Dijamin deh, sekali membaca karya beliau, kamu akan terus ketagihan untuk membaca tulisan-tulisan berikutnya. So, selamat membaca teman-teman semua!