Halo semua! Selamat datang di materi Seni Budaya kelas 11 bab 11. Bagaimana pelajaran kemarin? Semoga selalu baik dan tetap pertahankan prestasimu untuk ke depannya ya guys.
Nah, di materi bab 11 kali ini, penulis akan membagikan rangkuman berjudul Menerapkan Gerat Tari Kreasi. Mulai dari fungsi, teknik, jenis, sampai nilai estetis. Yuk, langsung simak ulasannya di bawah ini.
Bab 11:
Menerapkan Gerak Tari Kreasi
Fungsi Tari di Indonesia
Ada banyak fungsi tari di Indonesia. Sebagai upacara, hiburan pribadi, dan penyajian estetis. Tari yang berfungsi sebagai upacara apabila memiliki ciri seperti dipertunjukan pada waktu terpilih, tempat terpilih, penari terpilih, dan disertai sesajian.
1. Tari dengan Fungsi Keagamaan
Semua tari yang digunakan untuk acara keagamaan memiliki fungsi upacara. Contoh tari yang berfungsi sebagai upacara yaitu Tari Hudoq dari Kalimantan pada upacara kematian, seperti gambar di bawah ini.
2. Tari dengan Fungsi Hiburan Pribadi
Tari yang berfungsi sebagai hiburan pribadi memiliki ciri gerak yang spontan. Dilakukan untuk kesenangan sendiri atau kegembiraan sesaat.
Seperti halnya orang yang sedang ramai-ramai menari diiringi musik dangdut merupakan tari yang berfungsi sebagai hiburan pribadi. Contoh lainnya yaitu tari tayub di Blora, seperti gambar berikut:
3. Tari dengan Fungsi Penyajian Estetis
Tari yang berfungsi sebagai penyajian estetis adalah tari yang disiapkan untuk dipertunjukan. Cara penari agar terlihat kompak, serempak, hafal gerakan, sesuai dengan iringannya dan terlihat indah yaitu latihan yang intens dengan sesama penari dan juga menyesuaikannya dengan musik pengiringnya.
Contoh tari yang berfungsi sebagai penyajian estetis yaitu tari piring dari Sumatera, seperti gambar berikut:
Bentuk dan Jenis Tari
1. Tari Rakyat
Berkembang di lingkungan masyarakat lokal, tumbuh dan berkembang secara turun temurun.
2. Tari Klasik
Berkembang di keraton, memiliki pakem-pakem tertentu dan nilai-nilai estetis yang tinggi.
3. Tari Kreasi Baru
Dikembangkan sesuai dengan perkembangan zaman, tetapi pada dasarnya tidak menghilangkan nilai-nilai tradisi itu sendiri. Tari kreasi baru ada 2 yaitu:
a. Tari kreasi berpolakan tradisi
Tari kreasi yang dilandasi oleh kaidah tari tradisi, dalam hal koreografi, musik, tata busana, rias, dan tata teknik pentasnya. Ada sedikit pengembangan yang dilakukan, tetapi tidak menghilangkan unsur utama dari tradisi.
b. Tari kreasi non tradisi
Tari yang melepaskan diri dari pola-pola tradisi, dalam hal koreografi, musik, rias dan busana, dan tata teknik pentasnya.
Unsur-unsur di Dalam Tari
Estetis atau estetika adalah nilai keindahan yang terdapat dalam karya seni. Seni tari sebagai bagian dari seni memiliki nilai estetis sebagai kriteria untuk menilai keindahan gerak, yaitu wiraga, wirama, dan wirasa. Wiraga digunakan untuk menilai kompetensi menari, meliputi keterampilan menari, hafal terhadap gerakan, ketuntasan gerak, dan keindahan gerak.
Wirama untuk menilai Kesesuaian dan keserasian gerak dengan irama (iringan), kesesuaian dan keserasian gerak dengan tempo. Wirasa untuk menilai kesesuaian gerak dengan tema tari yang terlihat dalam cara kamu memberikan penjiwaan terhadap tari.
Yang bisa amati dalam mengidentifikasi tari, yang pertama terlihat adalah gerak, selanjutnya busananya, kemudian mendengar iringannya. Dengan memperhatikan ciri khas gerak dan ciri khas iringannya, akan mengantarkan pemahaman kepada ciri tari etnis tertentu.
Identifikasi Tari
1. Tari Trunajaya dari Bali
Wiraga: Sikap tangan dan lengan dengan ruang yang terbuka lebar. Posisi badan cenderung condong disertai ekspresi mata yang lincah diiringi wirama yang dinamis dan wirasa yang energik. Dalam tari Bali, penilaian wiraga, wirama, dan wirasa memiliki identitas khusus yang tertuang dalam istilah:
a. Agem : sikap badan, tangan, dan kaki yang harus dipertahankan.
b. Tandang : cara berpindah tempat.
c. Tangkep : eskpresi mimik wajah yang memberikan penguatan pada penjiwaan tari.
2. Tari Arjuna dari Jawa
Wiraga : sikap kaki dan tangan dengan ruang yang sedang.
Wirama : iringan tari gending tempo sedang berirama mengalun.
Wirasa : tenang.
3. Tari Gatotkaca dari Jawa
Wiraga : sikap kaki dan tangan dengan ruang yang luas.
Wirama : iringan gending dalam tempo sedang.
Wirasa : ditarikan dengan gagah.
Dalam tari Jawa, wiraga harus sesuai dengan karakter tokoh tari yang ditampilkan. Ruang dan tenaga menjadi tuntutan dalam memerankan tokoh yang memiliki karakter. Ruang gerak sempit untuk karakter halus. Ruang gerak luas untuk karakter gagah. Keseluruhan wiraga, wirama, dan wirasa yang tersusun memberikan kesan seimbang, tenang, dan mengalun.
4. Tari Zapin dari Sumatera
Wiraga : geraknya ringan melayang.
Wirama : pergerakan kaki cepat mengikuti rentak pukulan gendang.
Wirasa : dinamis.
5. Tari Melayu
Ciri khas gerak tari Melayu yaitu wiraga penari yang bergerak melayang ringan seperti berselancar meniti aliran air, kadang meloncat ringan seperti riak gelombang yang memecah membentur karang-karang kecil. Wirama berkembang dari tempo yang perlahan, merambat cepat, dan mencapai klimaks kecepatan dibagian akhir. Wirasa tari ditampilkan dalam keriangan.
Nilai etis tari Melayu selaras dengan konsep budaya Melayu yang terekam dalam folklore Minang ‘alam takambang jadi guru, adat basandi sara, sara basandi kitabullah‘ artinya alam yang berkembang menjadi guru, adat yang bersendi pada hukum, hukum yang bersendi pada kitab ALLAH.
Budaya Melayu identik dengan Islami, yang tampak pada busana para penari yang selalu menutup tubuh.
Tari Rwa Bhineda
Dalam nilai etis tari Bali, terdapat Rwa Bhineda atau dua yang berbeda, yaitu dua kekuatan yang selalu bersaing di dunia. Manusia berada di tengah dua kekuatan besar tersebut. Manusia selalu dituntut dinamis dalam menghadapi dan mengantisipasi dua kekuatan yang berbeda dan bertentangan.
Konsep budaya rwa bhineda tercermin dalam nilai estetis tari Bali yang selalu dinamis dan energik dalam gerak yang cenderung tidak seimbang.
Musik Iringan Tari
Musik Iringan tari ada 2 yaitu musik Internal dan Eksternal. Musik internal adalah musik atau bunyi-bunyian yang berasal dari anggota tubuh seperti tepukan tangan atau tepukan ke anggota tubuh, jentikan jari, dan hentakan kaki ke tanah. Contoh seperti Tari Saman (Aceh) atau Kecak (Bali).
Musik eksternal adalah bunyi-bunyian atau suara yang berasal dari alat musik atau instrumen, yaitu gamelan, keyboard, kendang, angklung, dsb. Contoh : Tari Kandagan (Jabar), Gandrung (Banyuwangi). Iringan tari berfungsi sebagai:
- Iringan penyajian tari
- Menambah semarak dan dinamisnya tari
- Mengatur dan memberi tanda efektif gerak tari
- Pengendali dan pemberi tanda perubahan bentuk gerak
- Penuntun dan pemberi tanda awal dan akhir tari
Daftar Pustaka:
Bangun, S. C., dkk. 2017. Seni Budaya SMA/MA/SMK/MAK Kelas XI Semester 1. Jakarta : Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, Kemendikbud.