Lebih dekat kepada allah dengan mengamalkan salat sunnah tentunya sangat penting untuk kita ketahui, entah yang bersifat spontanitas maupun ilmiah. Kita dari semenjak Tk telah diajarkan bagaimana agar kita selalu selalu melaksanakan salat sunnah.
Pada artikel yang satu ini, kami suguhkan rangkuman lebih dekat kepada allah dengan mengamalkan salat sunnah. Disini menemukan banyak informasi yang terdapat pada buku Kemendikbud RI keluaran resmi dan pemerintah.
Materi PAI Kelas 8 Bab 4
Lebih Dekat Kepada Allah dengan Mengamalkan Salat Sunnah
1. Salat Sunnah Berjamaah
Secara lebih rinci, śalat-śalat sunnah yang dilaksanakan secara berjema’ah sebagai berikut :
- Salat Idul Fitri
- Salat Idul Adha
- Salat Kusūf (gerhana matahari)
- Salat Khusūf (gerhana bulan)
- Salat Istisqā (meminta hujan)
1). Salat Idul Fitri
Salat Idul Fitri adalah, śalat sunnah dua rakaat yang dilaksanakan pada hari raya Idul Fitri pada setiap tanggal 1 Syawal setelah melaksanakan puasa Ramadan satu bulan lamanya. Hukum melaksanakan śalat sunnah ini adalah sunnah mu’akkad (sangat dianjurkan).
“Id” artinya kembali yaitu, dengan hari raya Idul Fitri ini kita kembali dihalalkan berbuka seperti makan dan minum di siang hari yang sebelumnya selama bulan Ramadan hal itu dilarang.
Waktu untuk melaksanakan śalat Idul Fitri itu adalah, sesudah terbit matahari sampai tergelincirnya matahari pada tanggal 1 Syawal tersebut. Adapun Tata cara pelaksanaan śalat hari raya Idul Fitri tergambar dalam cerita Amri dan Salim berikut:
Selanjutnya mereka mengikuti śalat Idul Fitri dengan khusyu bersama dengan para jemaah, dengan tata cara sebagai berikut :
- Imam memimpin pelaksanaan śalat Idul Fitri diawali dengan niat yang ikhlas di dalam hati. Jika diucapkan maka bunyi niatnya adalah :
أُصَلِّي رَكْعَتَيْنِ سُنَّةً لعِيْدِ اْلفِطْرِ (مَأْمُوْمًا\إِمَامًا) لِلهِ تَعَــــالَى
Artinya : “Saya berniat śalat sunnah Idul Fitri dua rakaat karena Allah ta’ala.”
- Pada rakaat pertama sesudah membaca do’a ifitah bertakbir sambil mengangkat tangan sebanyak tujuh kali. Di sela-sela takbir satu dan lainnya disunnahkan membaca:
اللهُ أَكْبَرُ كَبِيرًا، وَالْحَمْدُ لِلهِ كَثِيرًا، وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيلاً ا
Artinya : “Maha suci Allah, dan segala puji bagi Allah, tida Tuhan melainkan Allah, Allah Mahabesar.”
- Setelah takbir tujuh kali dan membaca tasbih tersebut dilanjutkan membaca surah al-Fātihāh dan membaca salah satu surah dalam al-Qur’ān. Namun, diutamakan surah Qāf atau surah al-A’lā.
- Pada rakaat kedua, setelah takbir berdiri kemudian membaca takbir lima kali sambil mengangkat tangan dan di antara setiap takbir disunnahkan membaca tasbih. Setelah itu membaca surah al-Fātihāh dan surah-surah pilihan. Surah yang dibaca diutamakan surah al-Qamar atau surah al-Gāsyiyah.
- Salat Idul Fitri ditutup dengan salam. Setelah itu khatib mengumandangkan khutbah dua kali. Khutbah yang pertama dibuka dengan takbir sembilan kali dan khutbah yang kedua dibuka dengan takbir tujuh kali. Ada pula yang melaksanakan khutbah hanya satu kali.
Setelah śalat Idul Fitri para jema’ah dianjurkan untuk bersalamsalaman untuk saling memaa’an lahir dan batin. Setelah selesai śalat, kita pulang ke rumah dengan menempuh jalan yang berbeda dengan pada saat berangkat.
2). Salat Idul Adha
Salat Idul Adha, adalah śalat yang dilaksanakan pada hari raya Qurban atau hari raya Idul Adha. Salat ini dilaksanakan pada pagi hari tanggal 10 Zulhijjah bertepatan dengan pelaksanaan rangkaian ibadah haji di tanah suci. Niat śalat harus dilakukan dengan ikhlas di dalam hati. Jika diucapkan maka bunyi niatnya adalah :
صَلِّيْ سُنَّةً لِعِيْدِ الْأَضْحَى رَكْعَتَيْنِ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ (مَأْمُوْمًا\إِمَامًا) للهِ تَعَالَى
Artinya : “Saya berniat śalat sunnah idul adha dua rakaat karena Allah ta’ala.”
3). Śalat Kusuf (Gerhana Matahari)
Salat Sunnah kusūf (kusūfus syamsi) adalah śalat sunnah yang dilaksanakan ketika terjadi gerhana matahari. Hukum melaksanakan śalat ini adalah sunnah muakkad. Waktu pelaksanaan śalat kusūf adalah, mulai terjadinya gerhana matahari sampai matahari kembali tampak utuh seperti semula.
Hal yang membedakan salat kusuf dibanding śalat pada umumnya adalah dalam śalat kusūf setiap rakaat terdapat dua kali membaca surah al-Fatihah dan dua kali rukuk. Sehingga dalam dua rakaat salat kusūf terdapat empat kali membaca surah al-Fatihah, empat kali rukuk, dan empat kali sujud. Adapun tata cara pelaksanaan salat gerhana matahari secara rinci sebagai berikut :
- Berniat untuk śalat kusūf (śalat gerhana matahari). niat śalat harus dilakukan dengan ikhlas di dalam hati. Jika diucapkan bacaan niatnya ta’ala:
أُصَلِّيْ سُنَّةً لِكُسُوْفِ الشَّمْسِ اِمَامًا / مَأْمُوْمًا لِلّهِ تَعَالَى
Artinya: “saya berniat śalatgerhana matahari dua rakaat karena Allah ta’ala”
- Setelah takbiratul ihram, lalu membaca doa ifitah, kemudian membaca surah al-fatihah dilanjutkan dengan membaca surah-surah yang panjang.
- Rukuk yang lama dan panjang dengan membaca tasbih sebanyakbanyaknya.
- Iktidal dengan mengucapkan (Sami’allāhu liman hamidah) tangan kembali bersedekap di dada.
- Membaca surah al-fātihah dilanjutkan dengan membaca surah al-Qur’ān yang lain.
- Kembali melakukan rukuk yang panjang dengan membaca tasbih yang sebanyak-banyaknya.
- Iktidal dengan mengucapkan (Sami’allāhu liman hamidah)
- Sujud seperti biasa tetapi sujudnya agak dipanjangkan dibanding dengan śalat pada umumnya.
- Duduk di antara dua sujud seperti biasa.
- Sujud yang kedua agak dipanjangkan.
- Bangkit menuju rakaat yang kedua, kemudian melaksanakan rakaat yang kedua sebagaimana rakaat yang pertama dilaksanakan.
- Pada sujud yang terakhir rakaat yang kedua dianjurkan untuk memperbanyak istigfar dan tasbih memohon ampunan kepada Allah SWT.
- Setelah selesai śalat, imam atau khatib berdiri menyampaikan khutbah dengan pesan yang intinya gerhana adalah salah satu kejadian yang menunjukkan kekuasaan Allah SWT. Meskipun merupakan sumber energi yang utama, matahari juga makhluk Allah SWT yang memiliki kekurangan dan kelemahan.
4). Śalat Khusuf (Gerhana Bulan)
Salat sunnah khusuf (khusūful qamari) adalah śalat sunnah yang dilaksanakan ketika terjadi peristiwa gerhana bulan. Hukum melaksanakan śalat ini adalah sunnah muakkad. Sedangkan waktu śalat gerhana bulan mulai terjadinya gerhana bulan sampai bulan tampak utuh kembali.
Niat śalat harus dilakukan dengan ikhlas di dalam hati. Jika diucapkan maka bunyi niatnya adalah :
أُصَلِّي سُنَّةَ الخُسُوفِ رَكْعَتَيْنِ إِمَامً/مَأمُومًا لله تَعَالَى
Artinya :“Saya berniat śalat gerhana bulan dua rakaat karena Allah ta’ala,”
5). Salat Istiqa’ (Memohon Hujan)
Salat sunnah istisqā adalah śalat sunnah dua rakaat yang dilaksanakan untuk memohon diturunkan hujan. Pada saat terjadi kemarau yang berkepanjangan sehingga sulit mendapatkan air, umat Islam disunnahkan melaksanakan śalat istisqā untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT, memohon ampun, seraya berdoa agar segera diturunkan hujan.
Sebelum dilaksanakannya śalat istisqā, diharapkan untuk berpuasa selama empat hari berturut-turut. Selanjutnya bertaubat kepada Allah SWT. dari segala kesalahan dan dosa, serta menghentikan segala bentuk perbuatan maksiat, serakah, dan merusak lingkungan.
Pada hari keempat semua anggota masyarakat muslim pergi ke tanah lapang yang akan dipakai untuk melaksanakan śalat istisqā. Mereka dianjurkan berpakaian sederhana serta disunnahkan membawa binatang peliharaan ke tanah lapang tersebut.
Di sepanjang jalan masyarakat dianjurkan juga untuk banyak beristigfar. Sesampai ke tanah lapang sambil menunggu pelaksanaan śalat dianjurkan untuk berzikir kepada Allah SWT.
Adapun tata cara melaksanakan Salat istisqā sebagai berikut:
- Setelah semua bersiap untuk śalat, muadzin tidak perlu mengumandangkan azān dan iqāmah, cukup dengan seruan:
Artinya : “Mari śalat berjemaah”
- Salat sunnah dilaksanakan seperti śalat sunnah yang lainnya. Setelah membaca surah al-fatihah dilanjutkan membaca surah-surah yang panjang.
- Setelah salam, khatib membaca dua khutbah. Pada khutbah yang pertama dimulai dengan membaca istigfar sembilan kali dan yang kedua dimul ai dengan membaca istigfar tujuh kali.
2. Salat-salat Sunnah Munfarid
Salat sunnah munfarid adalah salat yang dilaksanakan secara individu atau sendiri.
1). Salat Rawatib
Rawātib berasal dari kata rātibah, yang artinya tetap, menyertai, atau terus menerus. Ditinjau dari segi hukumnya, śalat rawatib ini terbagi menjadi dua macam, yaitu salat rawātib mu’akkadah dan śalat rawātib gairu mu’akkad.
- Salat rawātib mu’akadah (śalat rawātib) yang sangat dianjurkan. Adapun yang merupakan śalat rawātib mu’akkadah yaitu:
- Dua rakaat sebelum śalat Zuhur
- Dua rakaat sesudah śalat Zuhur
- Dua rakaat sesudah śalat Magrib
- Dua rakaat sesudah śalat Isya’
- Dua rakaat sebelum śalat Subuh.
- Salat rawātib gairu mu’akkadah (śalat rawātib yang cukup dianjurkan untuk dikerjakan. Adapun yang merupakan śalat sunnah rawātib gairu mu’akkadah yaitu:
- Dua rakaat sebelum Zuhur (selain dua rakaat yang mu’akkadah)
- Dua rakaat sesudah Zuhur (selain dua rakaat yang mu’akkadah)
- Empat rakaat sebelum Asar
- Dua rakaat sebelum Magrib.
Jika ditinjau dari segi pelaksanaannya, śalat rawātib ini terbagi menjadi dua yaitu:
- qabliyyah (dikerjakan sebelum śalat far«u), dan
- ba’diyyah (dikerjakan setelah śalat far«u).
Adapun tata cara melaksanakan śalat sunnah rawātib sebagai berikut:
- Niat menurut waktunya.
- Dikerjakan tidak didahului dengan azan dan iqamah.
- Salat sunnah rawatib ini dilaksanakan secara munfarid (sendirian).
- Bila lebih dari dua rakaat gunakan satu salam setiap dua rakaat.
- Membaca dengan suara yang tidak dinyaringkan seperti pada saat melaksanakan śalat Zuhur dan śalat Asar.
- Salat dikerjakan dengan posisi berdiri. Jika tidak mampu boleh dengan duduk, atau jika masih tidak mampu boleh berbaring.
- Sebaiknya berpindah sedikit dari tempat śalat far«u tetapi tetap menghadap kiblat.
Contoh tata cara melaksanakan śalat rawātib qabliyyah Zuhur :
- Berniat śalat rawātib qabliyyah Zuhur
Niat śalat harus dilakukan dengan ikhlas di dalam hati. Jika diucapkan maka bunyi niatnya adalah :
اُصَلِّى سُنَّةً الظُّهْرِرَكْعَتَيْنِ قَبْلِيَّةً مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ ِللهِ تَعَالَى
Artinya : “Saya berniat śalat qabliyyah Zuhur dua rakaat karena Allah Ta’ala.”
- Takbirātul ihram
- Salat dua rakaat seperti tata cara salat pada umumnya.
- Salam.
2). Salat Tahyyatul Masjid
Salat tahiyyatul masjid, adalah śalat sunnah yang dilaksanakan untuk menghormati masjid. Salat ini disunnahkan bagi setiap muslim ketika memasuki masjid. Salat sunnah ini, merupakan rangkaian adab memasuki masjid.
Pada saat kita hendak masuk ke masjid, disunnahkan untuk mendahulukan kaki kanan seraya berdoa yang artinya:
“Ya Allah ampunilah dosa-dosaku, dan bukakanlah pintu rahmat-Mu untukku”.
Jika kita sudah masuk ke dalam masjid, hendaklah sebelum duduk kita mengerjakan śalat sunnah dua rakaat. Adapun tata caranya sebagai berikut :
- Berniat śalat tahiyyatul masjid. Niat śalat harus dilakukan dengan ikhlas di dalam hati. Bunyi niatnya kalau diucapkan sebagai berikut :
أصَلِّي تَحِيَّةَ الْمَسْجِدِ رَكْعَتَيْنِ سُنَّةَ لِلّهَ تَعَاَلَ
Artinya : “Saya berniat śalat sunnah tahiyyatul masjid dua rakaat karena Allah ta’ala. Allahu Akbar.”
- Setelah berniat dilanjutkan dengan takbiratul ihrām, membaca doa iftitāh, surah al-fātihah, dan seterusnya sampai salam.
3). Salat istikharah
Salat istikhārah adalah, śalat dengan maksud untuk memohon petunjuk Allah SWT. dalam menentukan pilihan terbaik di antara dua pilihan atau lebih. Salat istikharah sebenarnya hampir sama dengan śalat hajat.
Bedanya, kalau śalat istikharah tertuju pada suatu keinginan atau cita-cita yang sudah nampak adanya, tetapi masih ragu-ragu dalam menentukan pilihannya. Sedangkan śalat hajat, tertuju pada sebuah keinginan yang belum kelihatan akhir dan tujuannya.
Salat istikhārah hukumnya adalah sunnah mu’akkadah bagi orang yang sedang membutuhkan untuk menentukan pilihan. Adapun tata cara melaksanakan śalat istikhārah sebagai berikut :
- Bangun pada waktu pertengahan malam dan berwudhu.
- Melaksanakan śalat istikhārah dengan diawali niat. Niat śalat harus dilakukan dengan ikhlas di dalam hati. Adapun bunyi niatnya jika diucapkan sebagai berikut:
أصلى سنة الإستخارة ركعتين لله تعالى
Artinya : “ Saya berniat śalat sunnah istikhārah dua rakaat karena Allah Ta’ala.”
- Pada rakaat pertama setelah membaca surah al-fātihah kemudian membaca surah al-Kāfirun. Bacaan surah al-Kāfirun boleh lebih dari satu kali, yakni tiga, tujuh, atau sepuluh kali.
- Pada rakaat kedua setelah membaca surah al-fātihah kemudian membaca surah al-Ikhlās. Bacaan surah al-Ikhlās boleh lebih dari satu kali, yakni tiga, tujuh, atau sepuluh kali.
- Setelah śalat dua rakaat, dilanjutkan dengan membaca doa istikhārah yang diajarkan Nabi Muhammad saw. sebagai berikut :
اللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْتَخِيْرُكَ بِعِلْمِكَ، وَأَسْتَقْدِرُكَ بِقُدْرَتِكَ، وَأَسْأَلُكَ مِنْ فَضْلِكَ الْعَظِيْمِ، فَإِنَّكَ تَقْدِرُ وَلاَ أَقْدِرُ، وَتَعْلَمُ وَلاَ أَعْلَمُ، وَأَنْتَ عَلاَّمُ الْغُيُوْبِ. اَللَّهُمَّ إِنْ كُنْتَ تَعْلَمُ أَنَّ هَذَا اْلأَمْرَ -وَيُسَمَّى حَاجَتَهُ- خَيْرٌ لِيْ فِيْ دِيْنِيْ وَمَعَاشِيْ وَعَاقِبَةِ أَمْرِيْ فَاقْدُرْهُ لِيْ وَيَسِّرْهُ لِيْ ثُمَّ بَارِكْ لِيْ فِيْهِ، وَإِنْ كُنْتَ تَعْلَمُ أَنَّ هَذَا اْلأَمْرَ شَرٌّ لِيْ فِيْ دِيْنِيْ وَمَعَاشِيْ وَعَاقِبَةِ أَمْرِيْ فَاصْرِفْهُ عَنِّيْ وَاصْرِفْنِيْ عَنْهُ وَاقْدُرْ لِيَ الْخَيْرَ حَيْثُ كَانَ ثُمَّ أَرْضِنِيْ بِهِ
Artinya: “Ya Allah sesungguhnya aku memohon kebaikan dalam urusanku dengan ilmu-Mu, dan aku memohon kepastian dengan kudrat-Mu. Aku memohon keutamaan-Mu yang agung, Bahwasannya Engkau Maha Kuasa, sedangkan aku tidak berdaya. Engkau mengetahui segala yang gaib. Ya Allah, engkau mengetahui segala hajatku berupa……., jika itu baik bagiku dalam agama dan kehidupanku serta dampaknya di dunia dan akhirat, maka jadikanlah ia untukku, berkatilah dalam meraihnya, serta mudahkan ia untukku. Engkaupun mengetahui jika urusan ini buruk bagiku, baik dalam urusan agamaku, kehidupanku dan dampaknya di dunia dan akhirat, maka jauhkanlah dia dariku dan jauhkanlah aku darinya, kemudian tetapkanlah kebaikan untukku di mana saja aku berada. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala perkara, kemudian Engkau meridainya.”
3. Śalat Sunnah Berjemaah atau Munfarid
Beberapa śalat sunnah berikut ini boleh dilaksanakan secara berjema’ah atau secara munfarid. Adapun salat sunnah yang dimaksud adalah :
1). Salat Tarāwih
Salat tarāwih adalah śalat sunnah yang dilaksanakan pada malam bulan Ramadan. Hukum melaksanakan śalat tarāwih adalah sunnah mu’akkadah. Salat tarāwih dilaksanakan setelah salat Isya’ sampai waktu fajar.
Salat tarāwih dapat dilaksanakan delapan, dua puluh, atau tiga puluh enam rakaat. Kita tinggal memilih jumlah rakaat mana yang mau dan mampu untuk dilaksanakan. Niat śalat harus dilakukan dengan ikhlas di dalam hati. Jika diucapkan bunyi niatnya adalah :
مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
Artinya : “Saya berniat śalat tarāwih dua rakaat karena Allah Ta’ala.”
2). Salat Witir
Salat witir adalah, śalat yang dilaksanakan dengan bilangan ganjil (satu, tiga, lima, tujuh, sembilan, atau sebelas rakaat). Hukum melaksanakannya adalah sunnah mu’akkadah. Adapun waktu śalat witir adalah sesudah śalat Isya’ sampai menjelang fajar śalat Subuh.
Niat śalat harus dilakukan dengan ikhlas di dalam hati. Jika diucapkan bunyi niat untuk yang dua rakaat adalah :
اُصَلِّى سُنَّةَ الْوِتْرِ رَكْعَتَيْنِ لِلَّهِ تَعاَلىَ
Artinya : “Saya berniat śalat witir dua rakaat karena Allah Ta’ala.”
Jika diucapkan bunyi niat untuk yang satu rakaat adalah :
اُصَلِّى سُنَّةَ الْوِتْرِ رَكْعَةً لِلَّهِ تَعاَلىَ
Artinya : “Saya berniat śalat satu rakaat witir karena Allah Ta’ala.”
3). Salat Duhā
Salat sunnah duhā atau yang sering disebut dengan śalat awwābin duhā adalah śalat sunnah yang dikerjakan pada waktu matahari sudah menaik sekitar satu tombak (sekitar pukul 07.00 atau matahari setinggi sekitar tujuh hasta) hingga menjelang śalat zuhur.
Kita dapat melaksanakan śalat duhā sebanyak 2 rakaat dan paling banyak 12 rakaat. Jika kalian hendak melaksanakan, mulailah dengan niat yang tulus di dalam hati. Jika diucapkan bunyi niatnya adalah :
أُصَلِّى سُنَّةَ الضُّحَى رَكْعَتَيْنَ لِلَّهِ تَعَالَى
Artinya : “Saya berniat śalat duhā dua rakaat karena Allah Ta’ala.”
4). Salat Tahajjud
Salat sunnah tahajjud adalah śalat sunnah mu’akkadah yang dilaksanakan pada sebagian waktu di malam hari. Salat tahajjud adalah bagian dari qiyāmullail (salat malam) yang langsung diperintahkan oleh Allah SWT. Melalui firmannya sebagai berikut yang artinya.
“Dan pada sebagian malam, lakukanlah śalat tahajjud (sebagai suatu ibadah) tambahan bagimu: mudah-mudahan Tuhanmu mengangkatmu ke tempat yang terpuji.”(QS. al-Isra’/17:79)
Tata cara melaksanakan śalat tahajjud tidak jauh berbeda dengan śalat sunnah yang lain, yaitu :
- Dilaksanakan pada waktu setelah śalat Isya sampai dengan fajar sidiq (menjelang waktu Subuh) dan setelah tidur.
- Jumlah rakaatnya paling sedikit dua rakat dan paling banyak tidak dibatasi.
- Dilaksanakan sendirian (munfarid) atau berjemaah.
- Lebih utama setiap dua rakaat salam. Apabila dilaksanakan empat rakaat jangan ada tasyahud awal.
Jika kita melaksanakan śalat tahajjud, banyak manfaat atau keutamaan yang dapat kita ambil. Keutamaan-keutamaan śalat tahajjud adalah:
- Dapat membentuk karakter/kepribadian orang saleh.
- Sebagai sarana mendekatkan diri kepada Allah SWT. untuk mencapai kebahagiaan di dunia dan di akhirat.
- Dapat mencegah diri dari perbuatan dosa.
- Dapat menghapuskan atau menghilangkan dari segala penyakit hati: iri, dendam, tamak, dan lain sebagainya.
- Mengobati diri dari penyakit jasmani.
Ketika hendak melaksanakan śalat tahajjud diawali dengan niat yang ikhlas di dalam hati. Jika diucapkan bunyi niatnya adalah:
اُصَلِّى سُنَّةً التَّهَجُّدِ رَكْعَتَيْنِ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ ِللهِ تَعَالَى
Artinya : “Saya berniat śalat tahajjud dua rakaat karena Allah Ta’ala.”
5). Salat Tasbih
Salat sunnah tasbih adalah śalat sunnah yang dilaksanakan dengan memperbanyak membaca tasbih. Salat tasbih ini merupakan sunnah khusus dengan membaca tasbih sebanyak 300 kali di dalam śalat. Hal ini pernah diajarkan oleh Rasulullah Saw sebagaimana tertuang dalam hadis berikut yang artinya :
“Dari Anas bin Malik bahwasannya Ummu Sulaim berpagipagi menemui Nabi saw. seraya berkata, ajarilah saya beberapa kalimat yang saya ucapkan di dalam shalatku, maka beliau bersabda: Bertakbirlah kepada Allah sebanyak sepuluh kali, bertasbihlah kepada Allah sepuluh kali dan bertahmidlah (mengucapkan al hamdulillah) sepuluh kali, kemudian memohonlah (kepada Allah) apa yang kamu kehendaki, niscaya Dia akan menjawab: ya, ya, (Aku kabulkan permintaanmu).” (H.R. At-Tirmizi)
Secara lebih terperinci, tata cara mengerjakan śalat tasbih ini terdiri dari dua macam cara, yaitu :
- jika dilaksanakan di malam hari, jumlah rakaatnya ada empat dengan dua kali salam.
- jika dilaksanakan di siang hari, jumlah rakaatnya ada empat dan sekali salam.
Niat śalat harus dilakukan dengan ikhlas di dalam hati. Jika diucapkan bunyi niatnya adalah :
Ushalli sunnatat tasbihi rak’ataini lillahi ta’ala
Artinya : “Saya berniat śalat tasbih dua rakaat karena Allah Ta’ala.”
Jika dikerjakan pada siang hari maka langsung empat rakaat. Niat śalat harus dilakukan dengan ikhlas di dalam hati. Jika diucapkan maka bunyi niatnya adalah :
Ushalli sunnatat tasbihi raka’atin lillahi ta’ala
Artinya : “Saya berniat shalat tasbih empat rakaat karena Allah ta’ala”
Pada rakaat pertama urutan śalat tasbih dan jumlah bacaan tasbihnya sebagai berikut :
- Setelah membaca surah al-fatihah dan surat-surat pendek, membaca tasbih 15 kali,
- Ketika rukuk (setelah membaca do’a ruku) membaca tasbih 10 kali.
- Ketika bangun dari rukuk (setelah membaca do’anya) membaca tasbih 10 kali.
- Ketika sujud pertama (setelah membaca do’a sujud) membaca tasbih 10 kali.
- Ketika duduk di antara dua sujud (setelah membaca do’anya) membaca tasbih 10 kali.
- Ketika sujud kedua (setelah membaca do’anya) membaca tasbih 10 kali.
- Ketika akan berdiri untuk rakaat yang kedua duduk dulu (duduk istirahat) membaca tasbih 10 kali,
Dengan demikian apabila kita hitung jumlah bacaan tasbih tiap satu rakaat adalah 75 kali. Berarti jumlah keseluruhan bacaan tasbih dalam śalat tasbih adalah, 75 x 4 rakaat = 300 kali bacaan tasbih.
4. Hikmah Salat Sunnah
Hikmah melaksanakan śalat sunnah sebagai berikut:
- Disediakan jalan keluar dari segala permasalahan dan persoalannya
- Menambah kesempurnaan śalat fardu.
- Menghapuskan dosa, meningkatkan derajat keridaan Allah SWT. Serta menumbuhkan kecintaan kepada Allah SWT.
- Sebagai ungkapan rasa syukur kita kepada Allah SWT. atas berbagai karunia besar yang sering kurang kita sadari.
- Mendatangkan keberkahan pada rumah yang sering digunakan untuk śalat sunnah.
- Hidup menjadi terasa nyaman dan tenteram
Daftar Pustaka :
Ahsan Muhamad, Sumiyati, & Mustahdi. 2017. Pendidikan Agama dan Budi Pekerti SMP/MTs Kelas VIII. Jakarta : Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, Kemendikbud.