Halo semua! Apa kabar? Masih semangat ya mengikuti pelajaran Seni Budaya? Hari ini kita akan mengupas tuntas materi Seni Budaya kelas 11 bab 19 mengenai Kritik Tari. Yuk, simak ulasan lengkapnya di bawah ini.
Bab 19:
Kritik Tari
Pengertian Kritik Tari
Mengkritik dilakukan dengan santun, argumen yang jelas, seimbang dan adil dalam memaparkan potensi seni. Posisi seorang kritikus adalah penengah antara seniman dengan audiens/penonton. Melalui tulisan kritikus, seniman dan masyarakat umum memahami kelebihan dan kekurangan yang terdapat pada karya seni dan mengatahui solusi untuk merevisinya.
Istilah kritik berasal dari bahasa Yunani, yaitu dari kata krites (kata benda) yang bersumber dari kata “Kriterion” yang berarti kriteria atau dasar penilaian. Ketika memberikan kritik harus memiliki dasar kriteria sebagai acuan.
Kritik tari diperlukan oleh koreografer sebagai evaluasi untuk meningkatkan kualitas kreativitas koreografinya, karena kritik adalah tanda penghargaan penonton terhadap proses kreatifnya.
Kritikus tari akan memberi pandangan yang rinci disertai argumen cerdas dalam mengevaluasi karya tari, memberi pemahaman kepada masyarakat umum mengenai nilai-nilai estetis yang ada pada sebuah karya. Sehingga kritik yang baik itu bersifat membangun, memberi evaluasi dan memberi motivasi.
Konsep Estetika dalam Tari
Estetis atau estetika adalah nilai keindahan yang terdapat dalam karya seni. Seni tari sebagai bagian dari seni umumnya, memiliki nilai estetis untuk kriteria menilai keindahan gerak. Untuk menilai karya tari, dilakukan dengan memperhatikan konsep estetis seperti bagan berikut :
1. Wiraga
Untuk menilai kompetensi menari, meliputi keterampilan menari, hafal terhadap gerakan, ketuntasan, kebersihan dan keindahan gerak.
2. Wirama
Untuk menilai kesesuaian dan keserasian gerak dengan irama (iringan), kesesuaian dan keserasian gerak dengan tempo.
3. Wirasa
Merupakan tolok ukur harmonisasi antara wiraga (sebagai unsur kriteria kemahiran menari) dan wirama (sebagai unsur kesesuaiannya dengan iringan tari), kesesuaian dengan busana dan ekspresi dalam menarikannya.
Setiap etnis memiliki kaidah estetis tari yang berbeda. Unsur wiraga, wirama dan wirasa juga berbeda. Analisis estetika tari yang pertama terlihat adalah gerak, selanjutnya busana, kemudian iringan tarinya. Setiap etnis memiliki ciri khas, gerak busana, dan iringan yang berbeda.
Konsep Estetika Tari dari Bali
Berikut contoh tari Bali, Sikap tangan dan lengan dengan ruang yang terbuka lebar. Posisi badan cenderung condong, dan disertai ekspresi mata yang lincah Hiasan kepala merupakan ciri khas Kebyar :
Contoh Tari Legong dari Bali :
Sikap tangan dan lengan dengan ruang terbuka lebar dan posisi sikut sejajar dengan dada. Posisi badan cenderung condong, disertai ekspresi mata yang lincah. Antara badan dan kepala membentuk garis diagonal. Ciri khas genre Legong terdapat pada hiasan kepala dan busana.
Dalam tari Bali, penilaian wiraga, wirama, wirasa memiliki identitas khusus yaitu:
- Agem : Sikap badan, tangan dan kaki yang harus dipertahankan
- Tandang : Cara berpindah tempat
- Tangkep : Eskpresi mimik wajah yang memberikan penguatan pada penjiwaan tari
Estetika wiraga tari Bali dibangun dari kekokohan agem dengan posisi badan diagonal dalam tiga bagian yaitu kepala, badan dan kaki. Tandang dan tangkep yang ditampilkan dengan baik dan benar menurut kaidah tradisi Bali. Kesan estetis yang ditumbuhkan dari penampilan tari Bali adalah dinamis, ekspresif, dan energik.
Konsep Estetika Tari dari Jawa
Karakter putra alus dari tokoh Arjuna pada Tari Arjuna, Jawa diperlihatkan pada sikap kaki dan tangan dengan ruang yang sedang. Hiasan kepala memakai mahkota wayang untuk ksatria alus. Koreografi yang simetris memberikan kesan tenang mengalun. Berikut contohnya :
Karakter putra gagah dari tokoh Gatot Kaca diperlihatkan pada sikap kaki dan tangan dengan ruang yang luas. Hiasan kepala memakai mahkota wayang untuk ksatria gagah. Berikut contohnya :
Wiraga dalam tari Jawa harus sesuai dengan karakter tokoh tari yang ditampilkan. Ruang dan tenaga menjadi tuntutan dalam memerankan tokoh yang memiliki karakter. Ruang gerak sempit untuk karakter halus. Ruang gerak luas untuk karakter gagah. Koreografi disusun dengan simetris, memberi kesan seimbang, tenang dan mengalun.
Konsep Estetika Tari dari Sumatera
Tari Zapin dari Sumatera, Geraknya ringan melayang, dinamis, pergerakan kaki cepat mengikut rentak pukulan gendang. Seperti contoh berikut :
Karakteristik gerak tari Melayu adalah penari yang bergerak melayang ringan seperti berselancar meniti aliran air, kadang meloncat ringan seperti riak gelombang yang memecah membentur karang-karang kecil. Komposisi berkembang dari tempo yang perlahan, merambat cepat, dan mencapai klimaks kecepatan di bagian akhir.
Tari sebagai Produk Masyarakat
Tari sebagai produk masyarakat berlandaskan pada nilai-nilai yang dianut masyarakat penyangga budaya. Nilai estetis tergambar dalam penampilannya, nilai etis dapat digali dari filosofi tari tersebut. Nilai etis antar etnis di Indonesia berbeda. Berikut contoh tari barong dari Bali :
Berikut contoh tari rangda dari Bali :
Barong dan Rangda adalah perwujudan simbolis dari kekuatan baik dan kekuatan jahat dalam mitologi Bali. Rwa Bhineda (dua yang berbeda) adalah dua kekuatan yang bersaing di dunia, dan manusia berada di tengah dua kekuatan besar tersebut.
Manusia dituntut dinamis dalam menghadapi dan mengantisipasi dua kekuatan yang berbeda dan bertentangan. Konsep budaya rwa bhineda tercermin dalam konsep estetis tari Bali yang selalu dinamis, energik dalam gerak yang cenderung asimetris. Nilai etis pada tari Bali terungkap dalam tabir konsep budayanya.
Contoh tari Serimpi dari Jawa :
Konsep estetis tari Jawa yang tenang mengalun, memiliki korelasi positif dengan konsep etis Jawa yang selalu mengutamakan ketenangan, keseimbangan keselarasan dan keharmonisan dengan alam.
Contoh tari rantak dari Sumatera :
Selaras dengan konsep budaya Melayu yang terekam dalam folklore Minang. ‘alam takambang jadi guru, adat basandi sara, sara basandi kitabullah‘ artinya alam yang berkembang menjadi guru, adat yang bersendi pada hukum, hukum yang bersendi pada kitab ALLAH. Budaya Melayu itu identik dengan Islami. Busana yang digunakan penari selalu menutup tubuh.
Langkah-langkah Menulis Kritik Tari
- Tuliskan/deskripsikan bagian tari yang paling mengesankan. Bagaimana keistimewaan gerak tersebut dan bagaimana pula teman kalian melakukannya.
- Analisis gerakannya dengan memberi argumen yang jernih mengenai keunggulan dan kelemahan tari atas dasar konsep estetis (wiraga, wirama, wirasa) serta konsep etis dari budaya penyangga tari.
- Evaluasi tari, yaitu mengemukakan sikap kalian pada tari. Apabila menurut kalian ada yang perlu diperbaiki tunjukkan saranmu kepada temanmu bagian gerak mana yang perlu diperbaiki.
Saran adalah saran terserah pada yang dievaluasi akan dilaksanakan atau tidaknya. Yang terpenting dalam kegiatan kritik tari adalah meningkatnya kemampuan kalian dalam mengemukakan pendapat secara lisan yang disampaikan dengan santun.
Berikut contoh panduan untuk mengkritik tari :
Daftar Pustaka:
Pekerti, W. dkk. 2014. Seni Budaya SMA/MA SMK/MAK Kelas XI Semester 2. Jakarta : Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, Kemdikbud.