Siapa nih di antara kamu yang tertarik untuk masuk jurusan sastra Indonesia di bangku kuliah nanti? Kamu yang tertarik masuk jurusan sastra wajib tahu nih periodisasi sastra Indonesia. Hal ini penting banget karena selama kuliah nanti, kamu akan mempelajari berbagai karya sastra dan pastinya berhubungan dengan periodisasi sastra.
So, kali ini penulis akan membagikan periodisasi sastra Indonesia khusus untuk kamu yang ingin masuk jurusan sastra sekaligus kamu yang mungkin tertarik membaca karya sastra. Yuk, langsung simak ulasannya di bawah ini ya!
Periodisasi sastra Indonesia
1. Pujangga Lama
Periodisasi sastra Indonesia yang pertama ialah Pujangga Lama. Angkatan ini menghasilkan berbagai karya sastra di Indonesia sebelum abad ke-20. Karya sastra angkatan Pujangga Lama umumnya menggunakan bahasa Melayu dengan kebudayaan Islam yang mendominasi.
Jenis-jenis sastra yang berkembang mungkin masih asing di sebagian besar telingamu, mulai dari syair, gurindam, pantun, hikayat, mantra-mantra, dan beberapa lainnya. Perkembangan karya sastra angkatan Pujangga Lama berasal dari daerah pesisir di Sumatera. Penulisannya pun masih bertujuan untuk menyebarkan agama.
Salah satu penulis hikayat terkenal ialah Kadi Hassan yang menerjemahkan hikayat Persia berjudul Hikayat Bayan Budiman. Selain itu, juga ada Gurindam Dua Belas karya Raja Ali Haji, Syair Si Burung Pipit, dan masih banyak lagi.
2. Melayu Lama
Periodisasi sastra Indonesia yang kedua ialah angkatan Melayu Lama. Tidak jauh berbeda dengan Pujangga Lama, angkatan ini juga masih didominasi dengan bahasa Melayu klasik yang berkembang di semenanjung Malaya.
Hanya saja, angkatan Melayu Lama lebih terbuka terhadap berbagai teks atau tulisan asing yang diterjemahkan. Angkatan ini juga mulai mengembangkan karya sastra dengan tujuan seni selain menyebarkan agama atau pesan moral.
Beberapa contoh karya sastra di angkatan Melayu Laman yakni Mengelilingi Bumi dalam 80 Hari karya Jules Verne (terjemahan), Nyai Dasima karya G. Francis, Hikayat Siti Mariah oleh Hadji Moekti, dan lain-lain.
3. Balai Pustaka
Yap, kita memasuki periodisasi sastra Indonesia yang menjadi tonggak dari berbagai karya sastra terkenal. Angkatan ini menjadi salah satu angkatan yang menghasilkan banyak pujangga ternama sampai kini.
Balai Pustaka sendiri juga merupakan nama penerbit yang lahir pada tahun 1908. Banyak penulis atau pujangga terkenal yang menerbitkan berbagai karya melalui badan penerbit Balai Pustaka.
Nah, pada angkatan Balai Pustaka sendiri berbagai buku bacaan mulai dikembangkan untuk tujuan seni sekaligus politik balas budi yang secara khusus dibangun oleh pemerintah Hindia-Belanda.
Beberapa karya terkenal yang sampai sekarang masih sering kamu dengar karyanya ialah novel Salah Asuhan, Siti Nurbaya, dan Hulubalang Raja karya Nur Sutan Iskandar yang juga disebut sebagai ‘Raja Angkatan Balai Pustaka’.
4. Pujangga Baru
Periodisasi sastra Indonesia berikutnya disebut sebagai angkatan Pujangga Baru. Angkatan ini membawa angin segar dari kebudayaan Balai Pustaka yang seringkali mendapat protes karena masalah sensor sekaligus kritik dari pemerintah Hindia-Belanda.
FYI guys, angkatan Pujangga Baru sendiri menghasilkan banyak sastrawan sekaligus penulis yang namanya masih eksis sampai sekarang. Mulai dari Sutan Tadir Alisjahbana dengan novel berjudul Layar Terkembang, Armin Pajne dengan karya terkenal berjudul Belenggu, sampai Amir Hamzah.
Jujur, sangat menarik sekali untuk membaca berbagai karya Pujangga Baru. Novel sampai berbagai jenis karya sastra yang dihasilkan cenderung mengangkat isu sosial dan adat masyarakat setempat.
5. Angkatan 1945
Kali ini kita memasuki periodisasi sastra Indonesia yang bernama Angkatan 1945. Ada sederet nama yang mungkin sudah ga asing lagi kamu temui di berbagai buku pelajaran Bahasa Indonesia di SMA maupun SMP.
Karya-karya sastra angkatan ini seringkali mengangkat berbagai tema-tema nasionalisme dalam berbagai tulisan. Di Angkatan ’45 juga ada banyak jenis karya sastra seperti puisi dan cerpen yang lebih populer dibandingkan novel.
Beberapa contoh karya sastra Angkatan 1945 ialah puisi-puisi Chairil Anwar, Dari Ave Maria ke Djalan Lain ke Roma, sampai Tiga Manguak Takdir. Karya sastra era ini super menarik guys untuk dibaca, kamu bisa melihat banyaknya tema-tema nasionalisme berkaitan kemerdekaan Indonesia di tahun yang sama.
6. Angkatan 1950-1960
Periodisasi sastra Indonesia berikutnya lebih lagi didominasi dengan cerita pendek dan juga kumpulan puisi. Angkatan ini juga menghasilkan salah satu majalah sastra terbaik, yakni PT Interpress.
Selain itu, ada juga penulis tersohor yang karya-karyanya bisa kamu temukan di Gramedia gengs. Siapa lagi kalau bukan Pramoedya Ananta Toer dengan karya terbaiknya berjudul Tetralogi Pulau Buru (terdiri dari 4 novel).
Ga hanya itu, penulis puisi terkenal seperti W.S Rendra juga turut andil dalam angkatan ini guys. Belum lagi ada Mochtar Lubis, Sitor Situmorang, sampai Nh. Dini. Pastinya ada sederet nama lain yang ga kalah menarik untuk diulik lebih dalam.
7. Angkatan 1966-1970
Seusai angkatan 1960, periodisasi sastra Indonesia dilanjutkan oleh angkatan ’70 dengan berbagai tema dan aliran sasra yang baru. Aliran absurd, arketip, dan juga surealis mulai berkembang subur guys di berbagai jenis karya sastra Indonesia.
Pada angkatan ini kamu akan menemui berbagai penulis dan pujangga yang tak kalah keren dengan angkatan 1960. Mulai dari Sapardi Djoko Damono dengan Hujan Bulan Juni, Taufik Ismail, Goenawan Mohamad, sampai Putu Wijaya.
8. Angkatan 1980-1990
Periodisasi sastra Indonesia kali ini mulai memasuki tahun 1980. Tahun-tahun ini terdiri dari banyak sastrawan perempuan dan juga roman percintaan yang tumbuh. Karya sastra juga tidak lagi terbatas pada novel, melainkan puisi cinta sekaligus sajak-sajak rindu.
Tokoh-tokoh yang paling terkenal sebagai pelopor penulisan roman percintaan ialah Marga T dengan karya berjudul Karmila, kemudian Remy Sylado, Nh. Dini, sampai Mira W. Dari penulis-penulis ini, nama Marga T dan juga Mira W didapuk sebagai sastrawan perempuan Indonesia yang paling menonjolkan fiksi roman percintaan.
9. Angkatan Reformasi
Setelah melewati masa-masa di mana roman percintaan sangat populer di masyarakat Indonesia, ternyata guys kita ga bisa jauh-jauh beralih dari tema sosial-budaya. Pada angkatan reformasi ini, berbagai jenis karya sastra kembali mengangkat permasalahan sosial, politik, dan juga budaya.
Ada banyak sastrawan yang lahir pada era ini. Mulai dari Sutardji Calzoum B. dengan puisi-puisinya yang abstrak, kemudian Ayu Utami sebagai salah satu bagian dari sastra wangi, sampai Widji Tukul.
10. Angkatan 2000-an
Periodisasi sastra Indonesia yang terakhir, yakni Angatan 2000-an. Kamu pasti tahu dong kalau era kini, karya sastra sudah bukan barang yang istimewa seperti zaman Hindia-Belanda.
Ada banyak nama-nama terkenal yang mungkin novelnya juga kamu baca guys. Mulai dari Andrea Hirata, Dee Lestari, Ayu Utami, Seno Gumira, dan masih banyak lagi. Bahkan sampai sekarang, perkembangan karya sastra pun semakin marak di kalangan remaja dan masyarakat Indonesia.
Nah, itu dari 10 periodisasi sastra Indonesia yang berkembang dari masa kolonial sampai reformasi. Ada juga sederet nama sastrawan, penulis, pujangga, dan seniman yang menghasilkan karya menarik sampai kini.
Penulis harap, setelah ini kamu bisa semakin rajin untuk membaca karya sastra maupun mengulik lebih dalam berbagai tulisan sastra. So, tetap semangat dan jangan lupa membaca!
“Kalian boleh maju dalam pelajaran, mungkin mencapai deretan gelar kesarjanaan apa saja, tapi tanpa mencintai sastra, kalian tinggal hanya hewan yang pandai.”
– Pramoedya Ananta Toer